Thursday, 5 June 2014

Kemiskinan: Ada Derita Di Dalam Realita



Kemiskinan, kata yang tidak asing dalam telnga kita. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemiskinan berarti keadaan mengalami kekurangan atau ketidakmampuan terhadap berbagai hal, yang tidak hanya diukur dari materi. Kemiskinan merupakan masalah global, kemiskinan bisa terjadi karena “keadaan” maupun “ketidakadaan” dari berbagai hal.

Lebih Dari Data
Hari ini bila kita membicarakan ‘kemiskinan’ di Indonesia yang akan seolah nampak adalah data-data stastistik yang dikeluarkan pemerintah, analisa peneliti, dsb. 


“Padahal, kemiskinan itu jauh di dalam rasa, bukan sekedar data-data maupun kata-kata. Ini soal kedekatan  bukan hanya analisa, jauh di dalam makna bukan hanya angka semata”
  
Ya, terlalu banyak perspektif orang membicaran kemiskinan hanya dari data, kini saya ingin ajak mencoba melihat dengan sudut pandang yang lain tentang kemiskinan.

“Kemiskinan itu bukan alasan, dia adalah suatu kondisi. Seperti gravitasi, dia mempengaruhi semuanya”


Kata-kata dari Gerald Bracey ini menarik, menarik karena menekankan pada makna kondisi. Ya, kondisi itu kadang memang tercipta sendirinya atau bahkan akibat diciptakan. Kondisi yang satu adalah yang sudah sulit mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, dan lainnya, dan kondisi lainnya adalah korupsi, krisis, bencana, dan lainnya.

Kalau kita tarik, ada kesinambungan dan saling mempengaruhi antara kemiskinan, pendidikan, kesehan dan kriminalitas. Ketika tidak mendapat pendidikan yang baik / bahkan sulit, pilihan yang ada adalah  mencoba bertahan di jalan  yang terang / gelap. Seakan menembus batas kata-kata di dalam buku, karena ini bukan persoalan teroritis, tapi lebih jauh di dalam kondisi. Bila ketidakterdidikan merajalela, kesehatan makin susah di dapat, kriminalitas bisa makin bermunulan. Rasa lapar dan sakit bisa mengalahkan perasaan dan logika yang ada.

Korupsi bisa menambah buruk lagi, uang yang seharusnya bisa dikelola untuk rakyat, untuk bantuan dsb, malah disalahgunakan bahkan diselewengkan dengan cara dan motif yang beragam. Tentu sudah banyak uang negara yang lenyap karena korupsi.

Adakah solusi?
Pasti ada. Pendidikan, merupakan kunci utama. Realitas di Indonesia saat ini menunjukan bahwa yang mengenyam pendidikan HANYA sampai SD jauh lebih banyak daripada jumlah mahasiswa yang masuk di dalam perkuliahan.

Ada baiknya pendidikan jadi kunci, karena disanalah adanya pembentukan nilai, ilmu, karakter, sikap, dsb. Bukan hanya soal jumlah sekolah tapi keterjangkauan, prasarana, dan yang paling penting yaitu MENSEJAHTERAKAN GURU. Guru adalah pemegang kunci itu, dialah yang menjadi teladan dan pengajar, tentu kita harus apresiasi.

Diluar itu soal mendidik adalah tugas seorang terdidik. Jikalau kita sudah merasakan keterdidikan yang ada, makan cobalah untuk berbagai kepada sesama, karena semesta membutuhkan itu.

Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan dalam kasus kemiskinan ini, namun jangan hanya lipat tangan dan duduk menyaksikan, tapi berusahalah membantu dan berbuat kepada sesama kita terutama yang membutuhkan, agar mengurangi miskin harta, ilmu, moral , dsb.

Pilihan itu selalu ada, untuk merasakan sendiri kenyamanan dan kemewahan yang kita punya, atau berbagi dengan sesama.


~Tidak pernah ada yang jatuh miskin karena banyak memberi~