Friday, 2 May 2014

Bukan Soal Yang Terbaik



Presiden Pilihan?
Semua presiden yang pernah menjabat di Indonesia telah memberikan dampak positif untuk di Indonesia. Walaupun ada kekurangan atau hal negatif dalam hal dirinya dalam hal kebijakan atau pribadinya atau hal-hal dimasa pemerintahannya. Kita perlu memahani setiap manusia tidak ada yang sempurna, meskipun dia menjadi orang nomer 1 di Indonesia (Presiden).

Perjalanan bangsa Indonesia dari dahulu hingga kini melahirkan para pendiri, pejuang, hingga pemimpin bangsa. Indonesia merdeka dengan perjuangan dan kepercayaan. 

Ketika para kaum yang terdidik di zamannya seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sultan Syahrir, dsb memilih turun tangan bersama saudara-saudari lainnya memperjuangkan kemerdekaan bangsa, memperjuangkan dengan tidak bertanya akan dapat apa setelahnya atau anak-cucunya akan dapat apa dari hasil perjuangannya, tetapi demi satu tujuan bersama hingga terwujud kemerdekaan. 

Bisa dikatakan ada 3 pilihan ada saat itu, pilihan untuk pesimisme Indonesia merdeka, pilihan untuk mengabdi pada penjajah, atau pilihan untuk berjuang bahkan hingga titik darah penghabisan. Semangat untuk mengabdi pada negeri yang perlu kita terladani kini.

Bahkan data menyebutkan di tahun 1945an, hanya 2% rakyat Indonesia yang tidak buta huruf, sisanya 98% masih buta huruf! Tapi kini sudah 98% lebih penduduk Indonesia yang tidak buta huruf, tak banyak bangsa yang bisa merubah seperti itu, tentu ada semangat optimisme didalamnya. Ya, kita perlu menjadi bangsa yang optimis. Yang memilih berjuang, yang memilih tidak diam atas permasalahan bangsa.

Kembali lagi tentang sosok seorang presiden. Masa kepresidenan mulai dari Soekarno hingga SBY masing-masing memiliki ciri khas dan dampak positif pula bagi Indonesia, meskipun semuanya juga  pasti ada kekurangannya.

Soekarno dengan pengaruhnya dalam menggerakan dan mengirim pesan optimisme kepada bangsa sendiri maupun dunia tentang kemerdekaan serta pembangunan Indonesia masa awal pasca kemerdekaan meskipun kecintaannya yang berlebih terhadap wanita serta keinginan untuk menjadi presiden seumur hidup. 

Soeharto dengan kuasanya untuk mencoba melipatgandakan pembangunan Indonesia meskipun menciptakan keadaan sedemikian rupa di Indonesia yang menjurus ke arah “tenang mencekam”,  pembatasan dimana-mana hinnga KKN yang marak. 

Habibie, sosok penuh talenta dan penuh pemikiran, memimpin di kala transisi, tak banyak meninggalkan bekas, tapi bulan-bulan yang penuh makna itu diembannya dengan membuat berbagai perarturan kebebasan reformasi, dari Pemilu 1999 hingga penerbangan perdana M dimasanya. 

Gus Dur, bapak pluralisme Indonesia, begitu kental nuansa  kesederhanaan dan persatuan dalam keberagaman mulai dari istana Negara di usungnya. Mesikipun ada “kudeta” kecil hingga ia harus turun dari kursi presiden.

Megawati, sosok wanita pertama di kursi presiden Indonesia. Nuansa keibuan hadir dalam kebijakan yang ada, dan KPK dan Pemilu 2004 yang demokratis muncul di masanya

Susilo Bambang Yudhoyono, 2 kali periode memimpin Indonesia di era paska reformasi yang penuh keuletan membangun terutama dalam hal angka-angka ekonomi Indonesia, meski disebut penuh beban dan terlihat penuh pencitraan.

Kini, hingga 68 tahun Indonesia merdeka, sudah 6 presiden memimpin Indonesia.  Ini bukan soal yang mana presiden yang terbaik, yang ada adalah sikap menghormati dan mensyukuri perkembangan yang ada yang telah 6 presiden kita pimpin, serta kita siap  sama-sama memperbaiki bila masih ada kekurangan, tidak hanya menunggu pemerintah atau bahkan menunggu superhero datang. 

Saya memutuskan untuk memberikan pendapat bahwa ke 6 presiden yang sudah memimpin Indonesia sudah memberikan dampak positif dengan cara, kebijakan, dsb. Meskipun ada kekurangannya. Dan  andai hal-hal positif dari ke-6 presiden itu digabung menjadi satu, pasti luar biasa.

Perkembangan Pertahanan Dan Keamanan Saat Ini Di Indonesia
Saat ini pertahanan dan keamanan yang ada di Indonesia sudah mumpuni, yang perlu kita lakukan lagi yaitu semakain memoderinisasi alutista kita, disamping itu kesejahteraan aparat-aparat kita seperti TNI & POLRI dinaikkan, adanya perhatiaan bagi mereka baik secara pribadi mereka maupun keluarganya. Karena tugas membela negara sebagai apartur negara merupakan salah satu tugas yang penuh tanggung jawab dan resiko.

Disaat ini orientasi keamanan di dalam negeri kita adalah tahap “bebas asal terkendali”, kita diberikan kebebasan di era reformasi ini untuk berpendapat, berfikir, berekspresi, dsb. Namun harus terkendali / terkontrol sesuai norma maupun peraturan yang berlaku.
Bukan pada tahap “tenang mencekam”, disaat kita tenang karena takut, ya, takut akan bersuara, takut akan pergerakannya, takut akan keadaan yang diciptakan. Bangsa Indonesia sudah melalui fase ini.

Kini mari sama-sama resapi pernyataan ini “Jangan tanyakan apa yang negara perbuat bagiku, tapi tanyakan apa yang bisa kulakukan untuk negera ini”.
Jangan pernah kehilangan optimisme akan bangsa ini. Lakukanlah yang terbaik dan berguna bagi negeri ini. Jangan biarkan Ibu Pertiwi terus menangis….