Presiden Pilihan?
Semua
presiden yang pernah menjabat di Indonesia telah memberikan dampak positif untuk
di Indonesia. Walaupun ada kekurangan atau hal negatif dalam hal dirinya dalam
hal kebijakan atau pribadinya atau hal-hal dimasa pemerintahannya. Kita perlu
memahani setiap manusia tidak ada yang sempurna, meskipun dia menjadi orang
nomer 1 di Indonesia (Presiden).
Perjalanan
bangsa Indonesia dari dahulu hingga kini melahirkan para pendiri, pejuang,
hingga pemimpin bangsa. Indonesia merdeka dengan perjuangan dan kepercayaan.
Ketika para kaum
yang terdidik di zamannya seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sultan Syahrir, dsb memilih turun tangan bersama saudara-saudari
lainnya memperjuangkan kemerdekaan bangsa, memperjuangkan dengan tidak bertanya
akan dapat apa setelahnya atau anak-cucunya akan dapat apa dari hasil
perjuangannya, tetapi demi satu tujuan bersama hingga terwujud kemerdekaan.
Bisa
dikatakan ada 3 pilihan ada saat
itu, pilihan untuk pesimisme Indonesia merdeka, pilihan untuk mengabdi pada
penjajah, atau pilihan untuk berjuang bahkan hingga titik darah penghabisan.
Semangat untuk mengabdi pada negeri yang perlu kita terladani kini.
Bahkan data
menyebutkan di tahun 1945an, hanya 2% rakyat Indonesia yang tidak buta huruf,
sisanya 98% masih buta huruf! Tapi kini sudah 98% lebih penduduk Indonesia yang
tidak buta huruf, tak banyak bangsa yang bisa merubah seperti itu, tentu ada
semangat optimisme didalamnya. Ya, kita perlu menjadi bangsa yang optimis. Yang
memilih berjuang, yang memilih tidak diam atas permasalahan bangsa.
Kembali lagi
tentang sosok seorang presiden. Masa kepresidenan mulai dari Soekarno hingga
SBY masing-masing memiliki ciri khas dan dampak positif pula bagi Indonesia,
meskipun semuanya juga pasti ada
kekurangannya.
Soekarno
dengan pengaruhnya dalam menggerakan dan mengirim pesan optimisme kepada bangsa
sendiri maupun dunia tentang kemerdekaan serta pembangunan Indonesia masa awal pasca
kemerdekaan meskipun kecintaannya yang berlebih terhadap wanita serta keinginan
untuk menjadi presiden seumur hidup.
Soeharto
dengan kuasanya untuk mencoba melipatgandakan pembangunan Indonesia meskipun menciptakan
keadaan sedemikian rupa di Indonesia yang menjurus ke arah “tenang mencekam”, pembatasan dimana-mana hinnga KKN yang marak.
Habibie, sosok
penuh talenta dan penuh pemikiran, memimpin di kala transisi, tak banyak
meninggalkan bekas, tapi bulan-bulan yang penuh makna itu diembannya dengan membuat
berbagai perarturan kebebasan reformasi, dari Pemilu 1999 hingga penerbangan
perdana M dimasanya.
Gus Dur,
bapak pluralisme Indonesia, begitu kental nuansa kesederhanaan dan persatuan dalam keberagaman
mulai dari istana Negara di usungnya. Mesikipun ada “kudeta” kecil hingga ia
harus turun dari kursi presiden.
Megawati,
sosok wanita pertama di kursi presiden Indonesia. Nuansa keibuan hadir dalam
kebijakan yang ada, dan KPK dan Pemilu 2004 yang demokratis muncul di masanya
Susilo
Bambang Yudhoyono, 2 kali periode memimpin Indonesia di era paska reformasi
yang penuh keuletan membangun terutama dalam hal angka-angka ekonomi Indonesia,
meski disebut penuh beban dan terlihat penuh pencitraan.
Kini, hingga 68 tahun Indonesia merdeka, sudah 6 presiden memimpin Indonesia. Ini bukan
soal yang mana presiden yang terbaik, yang ada adalah sikap menghormati dan
mensyukuri perkembangan yang ada yang telah 6 presiden kita pimpin, serta kita
siap sama-sama memperbaiki bila masih ada
kekurangan, tidak hanya menunggu pemerintah atau bahkan menunggu superhero datang.
Saya
memutuskan untuk memberikan pendapat bahwa ke 6 presiden yang sudah memimpin
Indonesia sudah memberikan dampak positif dengan cara, kebijakan, dsb. Meskipun
ada kekurangannya. Dan andai hal-hal
positif dari ke-6 presiden itu digabung menjadi satu, pasti luar biasa.
Perkembangan Pertahanan Dan Keamanan
Saat Ini Di Indonesia
Saat ini
pertahanan dan keamanan yang ada di Indonesia sudah mumpuni, yang perlu kita
lakukan lagi yaitu semakain memoderinisasi alutista kita, disamping itu
kesejahteraan aparat-aparat kita seperti TNI & POLRI dinaikkan, adanya
perhatiaan bagi mereka baik secara pribadi mereka maupun keluarganya. Karena
tugas membela negara sebagai apartur negara merupakan salah satu tugas yang
penuh tanggung jawab dan resiko.
Disaat ini
orientasi keamanan di dalam negeri kita adalah tahap “bebas asal terkendali”,
kita diberikan kebebasan di era reformasi ini untuk berpendapat, berfikir,
berekspresi, dsb. Namun harus terkendali / terkontrol sesuai norma maupun
peraturan yang berlaku.
Bukan pada
tahap “tenang mencekam”, disaat kita tenang karena takut, ya, takut akan
bersuara, takut akan pergerakannya, takut akan keadaan yang diciptakan. Bangsa
Indonesia sudah melalui fase ini.
Kini mari
sama-sama resapi pernyataan ini “Jangan
tanyakan apa yang negara perbuat bagiku, tapi tanyakan apa yang bisa kulakukan
untuk negera ini”.
Jangan pernah kehilangan optimisme
akan bangsa ini. Lakukanlah yang terbaik dan berguna bagi negeri ini. Jangan
biarkan Ibu Pertiwi terus menangis….