Kemiskinan, kata yang tidak asing dalam telnga kita. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kemiskinan berarti keadaan mengalami kekurangan atau ketidakmampuan
terhadap berbagai hal, yang tidak hanya diukur dari materi. Kemiskinan
merupakan masalah global, kemiskinan bisa terjadi karena “keadaan” maupun “ketidakadaan”
dari berbagai hal.
Lebih Dari Data
Hari ini bila kita membicarakan ‘kemiskinan’ di Indonesia yang akan
seolah nampak adalah data-data stastistik yang dikeluarkan pemerintah, analisa
peneliti, dsb.
“Padahal, kemiskinan itu jauh di dalam rasa, bukan sekedar data-data maupun kata-kata. Ini
soal kedekatan bukan hanya analisa, jauh
di dalam makna bukan hanya angka semata”
Ya, terlalu banyak perspektif orang membicaran kemiskinan hanya dari
data, kini saya ingin ajak mencoba melihat dengan sudut pandang yang lain
tentang kemiskinan.
“Kemiskinan
itu bukan alasan, dia adalah suatu kondisi. Seperti gravitasi, dia mempengaruhi
semuanya”
Kata-kata dari Gerald Bracey ini menarik, menarik karena menekankan
pada makna kondisi. Ya, kondisi itu kadang memang tercipta sendirinya atau
bahkan akibat diciptakan. Kondisi yang satu adalah yang sudah sulit mendapatkan
akses pendidikan, kesehatan, dan lainnya, dan kondisi lainnya adalah korupsi,
krisis, bencana, dan lainnya.
Kalau kita tarik, ada kesinambungan dan saling mempengaruhi antara
kemiskinan, pendidikan, kesehan dan kriminalitas. Ketika tidak mendapat
pendidikan yang baik / bahkan sulit, pilihan yang ada adalah mencoba bertahan di jalan yang terang / gelap. Seakan menembus batas
kata-kata di dalam buku, karena ini bukan persoalan teroritis, tapi lebih jauh
di dalam kondisi. Bila ketidakterdidikan merajalela, kesehatan makin susah di
dapat, kriminalitas bisa makin bermunulan. Rasa lapar dan sakit bisa
mengalahkan perasaan dan logika yang ada.
Korupsi bisa menambah buruk lagi, uang yang seharusnya bisa dikelola
untuk rakyat, untuk bantuan dsb, malah disalahgunakan bahkan diselewengkan
dengan cara dan motif yang beragam. Tentu sudah banyak uang negara yang lenyap
karena korupsi.
Adakah solusi?
Pasti ada. Pendidikan, merupakan kunci utama. Realitas di Indonesia saat
ini menunjukan bahwa yang mengenyam pendidikan HANYA sampai SD jauh lebih
banyak daripada jumlah mahasiswa yang masuk di dalam perkuliahan.
Ada baiknya pendidikan jadi kunci, karena disanalah adanya pembentukan
nilai, ilmu, karakter, sikap, dsb. Bukan hanya soal jumlah sekolah tapi
keterjangkauan, prasarana, dan yang paling penting yaitu MENSEJAHTERAKAN GURU. Guru
adalah pemegang kunci itu, dialah yang menjadi teladan dan pengajar, tentu kita
harus apresiasi.
Diluar itu soal mendidik adalah tugas seorang terdidik. Jikalau kita
sudah merasakan keterdidikan yang ada, makan cobalah untuk berbagai kepada
sesama, karena semesta membutuhkan itu.
Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan dalam kasus kemiskinan ini, namun
jangan hanya lipat tangan dan duduk menyaksikan, tapi berusahalah membantu dan
berbuat kepada sesama kita terutama yang membutuhkan, agar mengurangi miskin
harta, ilmu, moral , dsb.
Pilihan itu selalu ada, untuk merasakan sendiri kenyamanan dan kemewahan
yang kita punya, atau berbagi dengan sesama.
~Tidak pernah ada yang jatuh miskin karena banyak memberi~