Rekor
konser angklung dengan jumlah pemain terbanyak berhasil dipecahkan Kedutaan
Besar RI di Beijing bersama Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (PPIT)
pada Minggu (30/6/2013). Pemecahan
rekor tersebut dilakukan melalui konser angklung dengan jumlah pemain mencapai
5.393 orang, para pemain orkestra angklung tersebut berasal dari para pelajar,
wakil sejumlah perusahaan China, para peserta didik Universitas Pertahanan
China dan warga Tionghoa serta komponen masyarakat lain.
Kegiatan
dilakukan di Beijing Worker’s Gymnasium (Stadion Buruh Beijing) yang berhasil memecahkan rekor yang dibukukan
Guinness World Records. Dalam konser angklung itu
ditampilkan film sejarah angklung, dan ucapan "I Love Angklung" dalam
sepuluh bahasa berbeda di layar LED di lokasi konser. Ditampilkan pula angklung digital, Angklung
Tradigi dari Restoran " Made in Indonesia - Sansico ".
Beberapa lagu yang
dimainkan, di antaranya, “Manuk Dadali” asal Indonesia, lagu favorit masyarakat
Tiongkok ”Yueliang Daibiao Wo De Xin”, serta lagu internasional ”We are the
World”. Sejumlah Dubes negara sahabat, bersama masyarakat dari sekitar 40
negara yang bermukim di Beijing, menikmati lagu-lagu yang disuguhkan para
musisi dari orkestra Saung Angklung Udjo Bandung, Jawa Barat. Acara musik itu,
dipandu Daeng Udjo.
Rekor sebelumnya dipegang oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC, Amerika Serikat pada tahun 2011. 5.117 orang memainkan angklung secara kolosal di lapangan utara Washington Monument. Angklung merupakan alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu, dan berasal dari Jawa Barat yang diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity / Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia pada 18 November 2010.
Rekor sebelumnya dipegang oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC, Amerika Serikat pada tahun 2011. 5.117 orang memainkan angklung secara kolosal di lapangan utara Washington Monument. Angklung merupakan alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu, dan berasal dari Jawa Barat yang diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity / Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia pada 18 November 2010.
Kegiatan seperti
ini sangat bagus dan memiliki banyak nilai positif, bermanfaat dan memiliki
nilai yang bagus. Kegiatan pemecahan rekor dunia
permainan angklung sudah berlangsung dua kali, dua kali itu juga dunia sudah
melihat bahwa salah satu alat musik kebudayaan tradisional Indonesia
yang bernama angklung tersebut yang terbuat dari bambu, dan berasal dari Jawa
Barat yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity / Warisan Budaya
Lisan dan Nonbendawi Manusia pada 18 November 2010. Betapa bangganya
saya, kita dan semua bangsa Indonesia bahwa semakin dikenal dan diketahuinya
Indonesia, serta mulai serta semakin dikenalnya angklung, salah satu alat musik
kebudayaan tradisional Indonesia. Satu lagi hal dan kegiatan baik dan positif
hadir bermanfaat untuk Indonesia.
Adanya keinginan dan
kemaunan yang besar dan tinggi untuk menunjukan dan melestarikan budaya yang ada, apalagi menunjukannya di
mata dunia, di kedua negara yang saling
penduduk terbanyak di dunia. Hal lain yang saya lihat yaitu usaha dan
semangat yang ada untuk membuat masyarakat yang ada semakin mengenal dan
mengetahui unsur budaya, seperti alat musik, kegiatan pemecahan
rekor dunia permainan angklung ini dilakukan bukan di negara asal angklung ini
berada, Indonesia, tetapi di Beijing, China dan Washington, Amerika Serikat
serta para peserta yang memainkan tidak semuanya berasal dari Indonesia tetapi
dari negara lain yang berbeda kultur budayanya, tetapi semua melakukan hal yang
sama untuk bersama memainkan dan menunjukan angklung di mata dunia sehingga
menjadi rekor dunia juga.
Konteks
kecintaan dan pengapresiasian atas budaya sangatlah bangus dan positif dengan
adanya kegiatan seperti ini. Mengumpulkan
5.117
orang di Amerika Serikat di lapangan utara Washington Monument dan mengumpulkan
5.393
orang di Stadion Buruh Beijing
tentu bukanlah hal mudah, tetapi karena mereka semua serta para penonton yang
menyaksikan kegiatan seperti ini mau menghargai dan mau mengenal serta
mengetahui adanya salah satu unsur budaya (alat musik) yang ada, baik dari
budanya sendiri ataupun dari budaya negara lain.
oleh: Hieronymus K.B